Monday, March 27, 2023

Tolong beri saya informasi

pict by : pixabay-dariuszsankowski

Tolong beri saya informasi


Akses "Informasi" di milenium ke tiga tidak lagi menjadi barang yang langka. Sebab dengan berkembangnya teknologi internet, siapapun mampu mendapatkan informasi yang diinginkannya. Pengetahuan semakin egaliter (meskipun tergantung siapa yang berkuasa).

Walaupun dalam kasus tertentu banyak informasi yang sengaja direduksi oleh otoritas terkait. Entah apa alasannya baim tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu).

Mari sejenak lupakan tentang otoritas, atau mungkin bisa dibahas lain dikesempatan. Kita  kembali ke konteks pengaksesan informasi.


Diera lalu untuk mendapatkan sebuah informasi, seseorang  harus  pergi ke perpustakaan untuk membaca buku-buku, atau membelinya sendiri jika mempunyai materi lebih. 

Buku-buku ensiklopedia menjelma menjadi buku-buku online yang mudah sekali dijangkau. Tak perlu membeli atau pergi keperpustakaan lagi. Kita tinggal mengakses platform yang tersedia dengan menggunakan gadget masing-masing. 

Segala informasi sudah tersedia diberbagai macam website. Kita hanya perlu memasukan kata kunci dalam mesin pencarian, kemudian mesin tersebut mencarikan informasi untuk kita.

Namun dibalik mudahnya sebuah informasi di internet, terdapat beberapa proses yang lumayan rumit. Mulai dari bagaimana website yang menyediakan informasi itu dibuat, dirawat, hingga diperbaharui supaya lebih efektif dan efisien.

Sejauh ini terhitung per september tahun 2022 kemarin, kira-kira ada sekitar 1,92 milyar website yang menawarkan banyak sekali informasi. Website-website tersebut di akses kurang lebih 66 persen penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri sampai bulan januari tahun 2023, pengguna internet menginjak angka 205 juta pengguna. 

Dilihat dari perspektif evolusi, sesuatu yang baru ketika lebih baik dari yang lama, maka yang lama akan dianggap usang dan tergantikan. Namun sepertinya hal ini tidak berlaku dalam dunia literasi. Sebab buku-buku fisikpun masih banyak digandrungi para pencari informasi.

Dari penuturan salah satu kawan (hanip member abadi kantin pojok), alasannya masih menggandrungi buku fisik, walaupun beliau juga aktif membaca buku-buku virtual adalah masalah kenyamanan. Meski tidak se efektif dan se efisien buku virtual, rasa nyaman ketika membaca buku fisik belum bisa terganatikan oleh buku virtual. 

Dibuktikan dengan banyaknya penerbit media atau buku cetak yang masih beroperasi. Masih banyak pula penulis-penulis yang mencetak karyanya di media cetak. Hal tersebut bisa diindikasikan bahwa buku dan media cetak masih terlihat seksi bagi sebagian orang.


Dari opini pribadi saya, ada semacam perbedaan ketika mendapatkan informasi dari laman virtual, dan membaca dari media buku cetak. Dalam usaha mendapatkan sebuah informasi, jika semakin susah diakses maka semakin langgeng didalam pemahaman. 

Semakin rumit pemetaan informasi, semakin mengasah nalar kritis. Sedangkan ketika menggunakan sumber informasi virtual, cara instan dengan sekedar memasukan kata kunci, dan kemudian dengan mudah mendapatkan  informasi yang dicari, cuma bertahan sebentar saja dipikiran. Keuntungannya adalah mudah sekali diakses jikalau lupa.

Mungkin subjektif. Atau hanya perasaan saya saja.

Contohnya adalah pengaruh website penyedia chord gitar yang biasa saya gunakan. Banyak fitur dalam website tersebut yang memudahkan saya, ketika ingin bermain pada progresi chord yang tidak sesuai standarnya . Entah dengan menaikkan atau menurunkan nada sesuai keinginan.

Sebelum mengenal website tersebut, mungkin prosesnya agak sedikit lama dan rumit. Sebab dibuku-buku chord gitar hanya menyediakan chord standarnya saja. Sehingga untuk menaikan atau menurunkan nada, perlu intuisi yang kuat supaya bisa masuk kedalam chordnya. Tentu ini semakin mengasah nalar kritis untuk memecahkan masalah tersebut. 


Memang website chord gitar sangat membantu. Namun seiring berjalannya waktu penggunaan, seakan ada rasa ketergantungan terhadap website tersebut.    

Mungkin tidak adil rasanya ketika pengambilan value hanya dalam satu konteks. Barangkali dalam konteks yang lain bisa berbalik outpunya.

Sudah ya pren, Baidewai saya MUMET. 
Mari berdiskusi, dan buat para suhu tolong pencerahannya.


Aku Sayang Kalian ^_^

No comments:

Post a Comment