Wednesday, February 15, 2023

Mencintai tanpa kecemasan



 
pict by:pixabay

Mencintai Tanpa Kecemasan

Cinta pada konteks masyarakat milenial sering kali menjadi alat kepentingan masing-masing individu. Konsep agung yang seharusnya dapat menjadi katalis, namun dapat menjadi akar dari bencana. 

Kenapa bisa seperti itu? Barangkali kita dapat menemukan jawabannya bersama setelah mengetahui arti dari diksi “cinta” yang sebenarnya.

Baca juga :  Ada apa dengan cinta (manipulasi moralitas mengkontruksi individu)

Cinta menurut al ghazali idealnya mendamaikan, memberikan kebaikan, dan melatih diri sebagai hamba yang lebih baik lagi. Ada relevansi statement alghazali terkait cinta sebagai katalis di paragraf pertama. Katalis secara umum merupakan proses pemurnian dari sesuatu yang mungkin bisa dibilang keruh. Cinta mempunyai peran besar sebagai perantara proses pemurnianya.

Kita angkat beberapa kasus yang merepresentasikan cinta sebagai senjata para oportunis. Dengan keterbatasan pengetahuan, maka berimbas pada dirinya yang masih diselimuti tabir-tabir dogma. Seseorang yang masih terkena normalisasi budaya barat misalnya, dengan alibi merasa bebas atas tubuhnya sendiri. 

Baginya, tubuh merupakan kendali dibawah otoritas dirinya. Padahal harus ada pengetahuan terhadap sesuatu yang dianggap kebebasan tersebut. Dalam kasus ini, seorang laki-laki dan perempuan yang mengatasnamakan cinta demi memenuhi kebutuhan biologisnya.

Cinta yang seharusnya memberi, berubah menjadi cinta yang menagih. Secara sederhana bisa diibaratkan sebagai cinta transaksional. Cinta yang harusnya menjadi penyembuh berubah menjadi cinta yang membawa malapetaka. 

Malapetaka yang didatangkan sendiri oleh yang pecinta ketika cintanya ditolak dan berimbas pada perasaan “merasa dicurangi”. Dicurangi sebab dirinya sudah memberikan segalanya namun yang dicintainya tidak melakukkan hal yang sebaliknya. 

Hal tersebut terjadi karena pondasi awal yang sudah keliru memaknai cinta tidak pada makna yang semestinya. Mencintai tanpa kecemasan dapat terwujud ketika subjek pecinta menyadari bahwa cinta selesai pada pemberian. 

Urusan mendapatkan timbal balik hanyalah bonus atas proses pemberian. Ketika dipertemukan dengan subjek lain yang mempunyai pengetahuan yang sama akan cinta, hanya masalah kecocokan yang membuat subjek-subjek tersebut berakhir bersama.




Maaf saya ngelantur.

Semoga hari kalian menyenangkan  ^_^

 

No comments:

Post a Comment