Sunday, March 5, 2023

Dijajah Semenjak Bercermin


pict by:pixabay-gdj

Dijajah Semenjak Bercermin


Segala bentuk ketidakadilan berada ditubuh perempuan !

Dengan hidup di negara yang mempunyai budaya patriarki yang kental, tuntutan terhadap perempuan menjadi lebih berat daripada lawan jenisnya. Menjadi berat sebab apaapun yang dilakukan perempuan selalu menjadi sorotan. Kekerasan identitas menjadi hal yang bias. Banyak peraturan tidak tertulis yang mengekang kebebasan perempuan dalam menajalani kehidupannya.

Baca juga : Ada apa dengan cinta (manipulasi moralitas mengkontruksi individu)

Ketika perempuan beranjak dewasa, semakin erat stereotip yang memeluknya. Contoh stereotip dalam konteks masa lajang misalnya, perempuan mendapatkan stigma negatif ketika dalam usia matang namun belum kunjung menikah. Mungkin ini terjadi pada laki-laki didaerah tertentu namun tak semasif yang dialami perempuan. Miris.

Dalam konteks sesudah pernikahan, dimana segala macam domestisasi dititik beratkan pada perempuan. Imbas dari permasalahan tersebut, kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan opsional tentang menjad ibu rumah tangga atau menjadi wanita karir. Pertanyaan yang merepresentasikan bahwa perempuan punya keterbatasan pilihan yang merupakan produk relasi kuasa patriarki. 

Budaya patriarki yang terlanjur menggurita, melahirkan stereotip yang semakin kuat terhadap perempuan. Salah satu penyebabnya yaitu banyak teori yang beredar tentang cara perempuan dalam membaca realita. Contohnya adalah teori yang  mengatakan perempuan cenderung menggunakan perasaannya daripada rasionalitasnya. 

Baca juga : Mempertontonkan diri sendiri

Terlepas dari benar dan salah, nyatanya banyak teori yang justru bernegasi dengan teori pertama. Teori emosional perempuan, dibantah dengan teori yang mengatakan bahwa seorang anak seceara kecerdasan didominasi oleh gen ibunya, gen ibunya berasal dari gen neneknya, gen neneknya dari nenk buyutnya dan seterusnya. Teori tersebut secara tidak langsung menyangkal bahwa status quo -hanya- laki-laki yang rasional terbantahkan. 

Salah satu yang membuktikan daya rasionalitas perempuan adalah ketika mereka dilibatkan dalam pengaturan tabungan keluarga. Menurut Sulistiadi dan Faradina dalam riset kesejahteraan rumah tangga mengatakan, rumah tangga yang melibatkan istri dalam pengaturan keuangan, 24% lebih tinggi daripada rumah tangga yang tidak melibatkan istri dalam proses tersebut.

Banyak kasus lain yang merepresentasikan bantahan bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki dalam sisi rasional. Contohnya kasus yang terjadi di bangladesh, dipromotori oleh M. Yunus seorang pendiri Grameen Bank, lembaga keuangan mikro yang mengangkat jutaan rakyat dari kemiskinan, dengan membagikan kredit kepada rakyat tanpa agunan. Ataas upayanya, beliau dianugerahi nobel perdamaian pada tahun 2006. 

Dilansir dari kanal youtube mba nana, dalam diskusi yang bertajuk "Susahnya jadi Perempuan", rocky gerung dalam kasus tersebut mengatakan bahwa ketika laki-laki dan perempuan diberi kredit, presentasi pengembalian kredit tersebut 98% dimiliki perempuan. 

Laki-laki banyak yang habis untuk tindakan konsumtif, dan konsumtif dalam konteks ini mengindahkan sisi rasionalnya ketimbang egonya. Ketika dalam mengembalikan kredit memerlukan rasionalitas tinggi untuk mengolah uang yang dikreditkan, maka perempuan membuktikan mereka mengalahkan laki-laki.. 

Baca juga : Individu versus everybadeh (yang penting eksis dulu, lainnya gampang)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sejauh ini eksploitasi terhadap perempuan masih kokoh sedemikian adanya. Semua eemen terlibat. Sebab bukan hanya laki-laki, tapi banyak juga perempuan yang ikut andil  melanggengkan patriarki ini. 

Pertama adalah keterbatasan pengetahuan, pengetahuan turun menurun yang menganggap bahwa semua bentuk tindakan patriarki adalah hal wajar. Dibalik itu, ada sistem yang mengkontruksi pemahaman perempuan tetap dalam kondisi ternormalisasi atas praktik tersebut. Paradoks!.

Sudah ah, capek!!

Separah papaun kondisi, semenggurita apapun kekangan status quo, harapan perbaikan selalu terpampang jelas di masa depan. Perjuangan atas hak perempuan harus dilkukan secara kolektif. Semoga kampanye 'Gender Equality' bukan sekedar kampaye !!!






*Jika ada kekeliruan mohon dimaafkan, harap bisa diluruskan.

Semoga hari kalian menyenangkan  ^_^


No comments:

Post a Comment