Trend "POSER" Versus "POLISI SKENA" Di Jagad Raya
Sebagian anak muda yang mendeklarasikan diri sebagai anak gaoel, selalu mengkultuskan sesuatu yang sedang trending. Meng-gaoel-kan diri akhirnya menjadi kebutuhan khusus. Tak peduli bagaimana caranya, keinginannya supaya tetap dianggap keren harus terpenuhi. Tindakan tersebut sering disebut sebagai perilaku poser (istilah budaya ikut-ukutan), dan perilaku poser biasa diawali dengan perasaan fomo (fear of missing out).
Baca juga : Musik menyatukan kita
Fomo bisa diartikan seperti rasa ketakutan Anak gaoel terhadap ketinggalan suatu trend. Peran media sangan berpengaruh terhadap perasan fomo ini. Apa yang di tawarkan media dalam kesehariannya, membuat orang-orang terdorong untuk tidak kehilangan momen yang sedang trend. Varietas ketakutannya ketika tidak mengikuti suatu terend, yaitu merasa ditolak circle tongkrongan, dianggap tidak keren, dicap ketinggalan zaman, dan lain sebagainya.
Kita ambil contoh diwilayah permusikan duniawi. Entah sejak kapan musik mempunyai kasta tertentu yang akhirnya mengklasifikasikan musik disebut keren dan tidak. Pelaku poser melakukan apapun demi berada di pihak yang disebut keren. Faktor krisis identitas bisa menjadi penyebab seseorang melakukan tindakan poser . Imbasnya adalah gampang sekali terbawa arus trend.
Baca juga : Joan baez bercerita donna donna
Katakanlah yang ngetrend untuk sekarang ini adalah musik metal. Para pelaku poser akan mencoba atau bahkan memaksa dirinya untuk menyukai musik tersebut, mulai dengan mendengar beberapa lagunya, mendatangani festifal musik terkait, hingga membeli marchandise yang original atau KW nya, dan tak lupa memakainya kemana-mana. Peduli setan yang penting ngetrend.
Selain istilah fomo dan poser, muncul istilah lain yang tak kalah eksis yaitu polisi skena musik. Posisi polisi skena berada pada pihak oposisi bagi poser yang terlalu memaksa tindakanya. Polisi skena rutin melakukan sweeping terhadap poser yang memakai marchandise band tertentu yang sedang ngetrend. Mereka selalu menguji pengetahuan poser tentang trend yang dikutinya. Kehadiran polisi tersebut mewakili rasa tidak suka terhadap sifat ikut-ikutan yang dimiliki para poser. Terlepas dari benar dan salah, keduanya sama-sama menunjukan eksistensi yang masif. Tak peduli tempat.
Baca juga : Misteri gloomy sunday dan bagaimana mahakarya tersebut menghipnotis pendengarnya
Segala suatu tindakan selalu mempunyai celah. Barangkali ternyata penulis layak disebut trend poser dengan menlis tulisan ini wkwkwkwk.
Kita anggap saja fenomena ini sebagai sesuatu yang meramaikan semesta hampa.
*jika ada kekeliruan silakan wankawan bisa mengkoreksi, saya akan sangat berterimakasih.
Semoga hari kalian menyenangkan ^_^
No comments:
Post a Comment