Friday, March 3, 2023

Mempertontonkan "Diri Sendiri"


pict:pixabay

Mempertontonkan "Diri Sendiri"

Kekacauan di zaman pargoy lebih kacau dari terbunuhnya odin dalam ragnarok

Kebanyakan anak muda era informatika, membagikan momen di sosial media menjadi barang wajib yang harus dilakukan. Media sosial sudah menjadi dunia kedua bagi kebanyakan penggunanya. 

‘Dunia’ yang secara substansi yangg idealnya menjadi tempat berbagi informasi, pengetahuan dan wawasan, berangsur menjadi dunia  yang hipokrit, karena informasi yang merka bagi hanya menjadi sampah visual saja. 

Baca juga : Awalnya bingung, akhirnya makin bingung

Disebut sampah visual sebab lebih banyak mudaratnya.

‘Sampah’ yang dibagikan oleh pengguna di sosial media bisa berupa foto memamerkan momen liburan, barang mewah yang baru dibeli, atau bahkan kekasih barunya. Tak berhenti sampai disitu, mereka akan  mencari bahan lain untuk melambungkan eksistensinya. 

Menjadi Nabi karena ‘followers’

'Followers' dengan angka berdijit-dijit menjadi hal wajib yang harus dimiliki. Angka-angka tersebut dianggap sebagai nilai tukar eksistensinya. Semakin banyak, semakin dekat dengan tuhan. Banyak kasus terjadi, orang-orang tersebut akhirnya merasa dirinya ngetrend, sempurna, dan mampu melakukan apapun dengan populeritasnya. Padahal hanya merasa.

Baca juga : Ada apa dengan cinta (manipulasi moralitas mengkontruksi individu) 

Kebebasan tanpa pengetahuan seperti tersesat tanpa menyadari.

Sebenarnya orang-orang bebas mau melakukan apapun yang dikehendakinnya. Adanya kemajuan teknologi di bidang informasi, seharusnya berimbas pada kemajuan bidang-bidang yang lain. 

Akan tetapi, jika apa yang penggua lakukan adalah kampanye kebodohan, maka segelintir pengguna yang memanfaatkan platform demi pengetahuan, akan kalah dalam sistem algoritmanya. Sistem algoritma bekerja berdasarkan kuantitas pengguna, jelas  kita akan tahu hasilnya. Dan ini sangat disayangkan. 

Apapun dilakukan demi rating.

Baru-baru ini terjadi, ada warga negara wakanda yang melancong ke media mainstream sana sini, sebab dirinya viral karena menangis didepan kamera gara-gara ditinggal kekasihnya. Bahkan trendingnya sampai berhari-hari lamanya. Anak-anak, emak-emak dan warga wakanda setiap hari disuguhkan dengan berrita yang membagongkan. 

Baca juga : Individu versus everybadeh

Perang wacana harus di masifkan. 

      Pelan tapi pasti. Setiap era akan berakhir, zaman pargoy pun tak luput dari ketentuan tersebut. Dengan semakin banyak yang menyadari kemirisan ini, bukan mustahil algoritma yang sesampah ini bisa berubah kearah yang lebih progressif. Semakin banyak yang bijak dalam mengakses media, harapan baik tak pernah padam.

SALAM PARGOY HAHA

Semoga hari kalian menyenangkan  ^_^

No comments:

Post a Comment