Saturday, March 11, 2023

Kaki Dikepala, Kepala Dikaki (gatau lagunya, yang penting moshing dulu)

pict by:pixabay-activedia

Kaki Dikepala, Kepala Dikaki


Dari tahun ketahun, wilayah permusikan duniawi telah mengalami berbagaimacam perubahan. Selain dari sisi bagaimana isi dari musik itu sendiri, hingga sampai bagaimana musik itu disajikan. Diera lampau, proletariat teramat sangat susah untuk mengakses musik secara langsung. Mereka hanya bisa menikmatinya dilokasi-lokasi tertentu melalui radio mainstream. Bagi yang mempunyai materi lebih, barulah bisa membeli alat pemutar musik, atau membeli tiket pertunjukan yang terbilang mahal.

Seiring berjalannya sang waktu, musik menjadi hak segala kelas masyarakat. Para promotor festifal mulai memfasilitasi musisi menggelar acara yang terbilang murah dan ramah bagi proletariat. Sponsor-sponsor mulai dermawan. Meskipun demikian, festival musik tidak seluruhnya lepas dari sifat ke eksklusifnya. Ada juga yang menggelar pergelaran musik yang terbilang tak cukup ramah untuk proletariat. Harus menabung lama terlebih dahulu. 


Kegembiraan para penikmat musik semakin meriah rupanya. Musik menjadi lebih egaliter, baik proletar maupun borjuasi mendapatkan haknya, dan  akhhirnya semakin menunjukan keantusiasannya. 

Sampai kemudian dunia musik pernah dilanda musibah yang tak terbayangkan. Entah bagi musisi atau para penggemar, mereka diputus dengan segala kesenangannya. Bencana pandemi menuntut semua penghuni bumi menerima dengan lapang dada. Segala macam kegiatan manusia di batasi kegiatannya. Sampai bencana tersebut berakhir.


Pasca pandemi menjadi berkah tersendiri bagi para penikmat musik. Pasalnya, selama kurang lebih dua tahun lamanya, mereka dituntut untuk selalu mendekam dirumah masing-masing. Hal ini pasti sangat menyebalkan bagi mereka. Festifal-festifal musik yang sudah masuk agenda seluruhnya dibatalkan.

Ketika bencana tersebut berakhir, mereka seperti burung yang dilepaskan dari sangkarnya. Para promotor festifal musik berlomba-lomba mengambil kesempatan ini.  Seakan mereka mengetahui kerinduan para tukang nngegigs ini. Mereka menawarkan banyak sekali festifal musik yang bahkan membuat para penikmat musik kebingungan memlilih mau mengunjungi festifal yang mana.


Mulai dari festival gratis sampai eksklusif, tersedia banyak macamnya. Tinggal mau pilih yang mana. Dari promotor kawakan hingga newbi, saling memberi tawaran terbaiknya. Para poser silakan merapat wkwk.

Yahh selamat menikmati festival yang sudah diselenggarakan promotor, jaga pasangan jika dibawa (kalalu punya), buang sampah pada tempatnya, dan juga tidak semua lagu dinikmati dengan cara meletakan kakimu diatas kepala pengunjung lain  (moshing, two step, pogo, dan lain sebagainya).


Apalagi eumm, bagi sampah dong. Jangan pelit.
Aku Sayang Kalian ^_^







No comments:

Post a Comment