Barang bekas menjadi alternatif tersendiri ketika budget yang kita miliki belum mampu membeli barang yang baru. Apalagi jika barang yang akan dibeli benar-benar sangat kita dibutuhkan. Pasar yang menjual barang loakpun mempunyai magnet tertentu, dan menjadi tujuan utama.
Pasar loak kini dapat ditemukan dengan mudah diberbagai macam daerah. Transaksi yang biasa dilakukan dengan berjongkok menjadi salah satu ciri khasnya. Pelanggan datang, kemudian menawar barang, terus pulang silih berganti.
Berbagai jenis barang dijual di pasar loak seperti onderdil otomotif, baju, peralatan rumah tangga, buku bekas, hingga handphone, dan barang-barang yang lainnya. Jika sedang beruntung, tak menutup kemungkinan untuk mendapatkan barang yang masih bagus.
Coba kita ulas salah satu pasar loak yang sudah terkenal akan eksistensinya, yaitu pasar maling wonokromo. Pasar yang berlokasi dijalan wonokromo dekat stasiun didaerah surabaya. Pasar maling wonokromo beroprasi dari jam 19.00 hingga menjelang pagi.
Sudah sejak lama sebenarnya saya penasaran kenapa bisa disebut pasar maling. Apakah karena barang-barang yang dijual di pasar tersebut berasal dari hasil maling, barang selundupan, atau bagaimana?. Kira-kira seperti apa proses pengambilan terminologi tersebut?
Sebelum terciptanya pasar maling yang seperti sekarang ini, dulu ada sebuah pasar tradisional yang berdiri dari tahun 1955 didaerah wonokromo. Akan tetapi, bencana kebakaran ditahun 1992 membumi hanguskan pasar tersebut.
Para pedagang direlokasi ke pasar darurat yang berlokasi di samping bekas bangunan pasar yang kebakaran. Namun naas, pada tahun 2002, pasar darurat juga dilanda bencana kebakaran juga. Pada saat itu, banyak yang menilai pemerintah tak melihatnya sebagai prioritas pembenahan pembangunan.
Hingga rencana peremajaan pasar wonokromo dilakukan oleh pemerintah kota surabaya. Darmo trade center pun di bangun dan diersmikan pada tahun 2005 walaupun banyak PKL yang menentangnya.
Ada beberapa pedagang kecil tak tertampung dan memilih berjualan diluar dengan memanfaatkan bahu jalan. Bedanya, mereka buka pada malam hari. Awalnya cuma 18 pedagang, seiring berjalannya waktu jumlah pedagang naik dan menjadi pasar maling yang seperti sekarang ini.
Dalam versi lain, apa yang saya baca di laman virtual JawaPos, bermula pada tahun 70an ketika pasar tersebut sering menjadi tempat persembunyian para kriminal. Faktor lainnya adalah sumber barang yang dijual masih sangat misterius.
Pasar maling wonokromo awalnya sering di obrak satpol PP karena dianggap sebagai biang kemacetan. Jalanan menjadi macet sebab parkir sepeda motor para pengunjung menghalangi lalu lintas. Hingga akhirnya dijembatani oleh beberapa orang sehingga mendapatkan izin untuk berjualan dilokasi tersebut, dan pasar mulai lebih tertata dari sebelumnya.
Salah satu orang yang menjembatani antara pedagang dan pemerintah adalah pak sadeli. Kini pak sadeli dan kawan-kawannya ditunjuk sebagai pengurus pasar maling wonokromo. Para pedagang ditariki biaya pangkal dengan membayar lima ribu rupiah dan dua ribu rupiah untuk listrik.
Mungkin karena sebelumnya lokasi pasar yang memang bukan untuk pasar, kemudian menjual barang bekas dengan harga murah dan tak jelas asal-usulnya, sehingga pelabelan "maling" melekat pada pasar tersebut.
Didaerah tegal, kota tempat saya tumbuh ada pasar serupa yang menjual barang-barang bekas seperti di wonokromo. Pasar loak yang orang-orang sering sebut "pasar ireng" (black market) wkwk. Sekilas ketika mendengar namanya, akan terdengar seram ya kawan-kawan.
Pasar yang lokasinya berdekatan dengan alu-alun kota tersebut juga mempunyai nama lain, yaitu "pasar senggol". Secara terminologi, mungkin dikarenakan lokasi kios yang berdekatan sehingga pengunjung sering bersenggolan dengan pengunjung lain. Sehingga aktifitas senggol menyenggol menjadi pelabelan untuk pasar tersebut.
Barang-barang yang disediakan juga hampir mirip dengan apa yang ada diwonokromo. Perbedaannya adalah jam operasional yang dibuka mulai dari pagi hingga malam. Ditambah lokasi pasar ireng yang lebih terstruktur daripada yang ada di wonokromo.
Baca Juga : Senandung Mesra Efek Rumah Kaca Melankolia
Pasar loak tetap menjadi primadona, menerima pelanggan dari berbagai macam kelas masyarakat.
Ahhh iya, mari berdiskusi, dan tolong dikoreksi ya juragan.
Aku Sayang Kalian ^_^
No comments:
Post a Comment